SENSOR TERMOKOPEL
TERMOKOPEL adalah sensor
suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi
perubahan tegangan listrik
(voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis
konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauansuhu
yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.
Tipe-Tipe Termokopel
Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya
Tipe K
(Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C hingga +1200 °C.
2 Tipe E
(Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan
pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
3 Tipe J (Iron
/ Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga
+750 °C) membuatnya kurang populer dibanding tipe K
Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
4 Tipe N
(Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk
pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas
1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di
bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K
Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil,
tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya
digunakan untuk mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
5 Type B
(Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama
pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah
suhu 50 °C.
6 Type R
(Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan
biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
7 Type S
(Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena
stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh
emas (1064.43 °C).
8 Type T
(Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to
350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat
dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak
penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C
Penggunaan Termokopel
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas,
hingga 2300°C. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu
yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu
0--100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor dan
RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :
- Industri besi dan baja
- Pengaman pada alat-alat pemanas
- Untuk termopile sensor radiasi
- Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
Penemuan Seebeck ini memberikan
inspirasi pada Jean Charles Peltier untuk melihat kebalikan dari fenomena
tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang direkatkan dalam
sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas pada
sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada sambungan yang lainnya.
Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik begitu arah arus dibalik.
Penemuan yang terjadi pada tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier.
Sir William Thomson, menemukan arah arus mengalir dari titik panas ke titik
dingin dan sebaliknya. Efek Seebeck, Peltier, dan Thomson inilah yang kemudian
menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar